Thursday, November 24, 2011

Resensi Buku Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas


Judul Buku 1    :  Padang Bulan
Judul Buku 2    :  Cinta di Dalam Gelas
Pengarang       :  Andrea Hirata
Halaman         :  254 dan 270 halaman
Penerbit          :  Bentang Pustaka, Jogjakarta

“Inilah kekuatan susastra, Ia menceritakan kesenangan sehingga membuat jiwa menari kegirangan.  Ia menuturkan kesedihan sampai menangis tersedu-sedan.  Ia mengabarkan cinta hingga memaksa orang jadi lemah lembut.  Ia mengatakan bahaya dan membuat orang bergidik.  Ia melampiaskan kemarahan yang meluap hingga membuat orang jadi waspada.  Ia mengatakan kecongkakan sampai membuat orang menghunus badik.  Ia mengatakan hasutan dan membuat orang terprovokasi.  Ia mengatakan sesuatu yang melambungkan jiwa hingga membuat orang terangkat ke langit ketujuh.  Ia mengatakan kerendahan hati dan membuat orang luruh egonya.  Sastra mengguncangkan hati dan membuat mata berkilauan.”

Alegori di atas sebagai ringkasan kesan sekaligus perasaan apresiatif atas Dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas.  Dwilogi Andrea Hirata itu berkisah tentang dua tokoh yang sangat bertolak belakang.  Enong gadis cilik, anak seorang buruh tambang timah, bernasib tragis.  Ikal, seorang sarjana bujang lapuk yang didera asmara.  Enong menderita karena bencana, Ikal lara gara-gara cinta pertama.
Ikal seorang lelaki pemimpi dengan pendirian lemah.  Bujang lapuk yang mengasihi diri sendiri saat kekasihnya kepincut lelaki lain.  Cinta akut kepada A Ling membuat Ikal cemburu buta dan bebal. 

Buku ini penuh kejutan dan intrik-intrik agen spoinase menegangkan.  Pengarang menyarikan topografi tabiat patriakis orang Melayu dari kebiasaannya nongkrong di warung kopi.  Sosiologi egoalatrik puak Melayu direfleksikan dalam kecanduan mereka main catur.

Catur dianggap sebagai biang keladi kesusahan hidup Enong (Maryamah) pada masa dewasanya.  Martabat Maryamah yang disingkang-singkang Matarom, mantan suaminya yang seorang preman, ditegakkan pada turnamen catur 17 Agustus di warung kopi.  Belajar keras hanya bisa dilakukan seorang pemberani.  Maryamah tak dapat disurutkan bimbang dan gamang.  Dia perempuan yang berani menantang ketidakmungkinan.  Dibantu Ikal, Detektif M. Nur, Jose Rizal, Alvin, Giok Nio, dan Selamot.  Maryamah yang buta catur berguru kepada Grand Master Ninocha Stronovsky.
Andrea juga mengemas cerita menjadi lucu, Ia bukan hanya penutur cerita kelas wahid.  Siapa pun pembaca buku tersebut tiba-tiba ketularan menjadi bijak dan cerdas.

No comments:

Post a Comment